Aplikasi Gorden Otomatis
1. Tujuan[Kembali]
-
Membuat rangkaian kontrol gorden otomatis menggunakan sensor
touch, uv, kelembaban, piezo dan sound sensor
-
Mengetahui penggunaan transistor dan op amp pada rangkaian
- Mengetahui prinsip kerja pada pengaplikasian sensor touch, uv, kelembaban, piezo dan sound sensor
2. Alat dan Bahan[Kembali]
ALAT
- Input voltage: ac 100~240v / dc 10~30v
- Output voltage: dc 1~35v
- Max. Input current: dc 14a
- Charging current: 0.1~10a
- Discharging current: 0.1~1.0a
- Balance current: 1.5a/cell max
- Max. Discharging power: 15w
- Max. Charging power: ac 100w / dc 250w
- Jenis batre yg didukung: life, lilon, lipo 1~6s, lihv 1-6s, pb 1-12s, nimh, cd 1-16s
- Ukuran: 126x115x49mm
- Berat: 460gr
-
Bi-Polar Transistor
- DC Current Gain (hFE) is 800 maximum
-
Continuous Collector current (IC) is 100mA
- Emitter Base Voltage (VBE) is > 0.6V
- Base Current(IB) is 5mA maximum
Merupakan sensor yang mendeteksi sentuhan. Sensor Sentuh ini pada dasarnya beroperasi sebagai sakelar apabila disentuh, seperti sakelar pada lampu, layar sentuh ponsel dan lain sebagainya. Sensor Sentuh ini dikenal juga sebagai Sensor Taktil.
3) Sensor Sound
Sensor Suara adalah sensor yang memiliki cara kerja merubah besaran suara menjadi besaran listrik. Pada dasarnya prinsip kerja pada alat ini hampir mirip dengan cara kerja sensor sentuh pada perangkat seperti telepon genggam, laptop, dan notebook. Sensor ini bekerja berdasarkan besar kecilnya kekuatan gelombang suara yang mengenai membran sensor yang menyebabkan bergeraknya membran sensor yang memiliki kumparan kecil dibalik membran tersebut naik dan turun. Kecepatan gerak kumparan tersebut menentukan kuat lemahnya gelombang listrik yang dihasilkannya.
- Working voltage: DC 3.3-5V
- Dimensions: 45 x 17 x 9 mm
- Signal output indication
- Single channel signal output
- With the retaining bolt hole, convenient installation
- Outputs low level and the signal light when there is sound
4) Sensor Ultraviolet (APDS – 9002)
Sensor yang mendeteksi adanya cahaya terang dan
gelap.
Tegangan LED menurut warna yang dihasilkan:
- Infra merah : 1,6 V.
- Merah : 1,8 V – 2,1 V.
- Oranye : 2,2 V.
-
Kuning : 2,4 V.
- Hijau : 2,6 V.
- Biru : 3,0 V – 3,5 V.
- Putih : 3,0 – 3,6 V.
- Ultraviolet : 3,5 V.
- Konfigurasi pin Relay dihubungkan ke 5V
- GND dihubungkan ke GND
- IN1/Data dihubungkan ke pin 2
3. Dasar Teori[kembali]
1) Resistor
Jenis Resistor yang digunakan disini
adalah Fixed Resistor, dimana merupakan resistor
dengan nilai tetap terdiri dari film tipis karbon yang diendapkan
subtrat isolator kemudian dipotong berbentuk
spiral. Keuntungan jenis fixed resistor ini
dapat menghasilkan resistor dengan toleransi
yang lebih rendah.
Cara menghitung nilai resistor:
Tabel warna
Contoh :
Gelang ke 1 : Coklat = 1
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau = 5 nol
dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 105
Gelang ke 4 : Perak = Toleransi 10%
Maka nilai resistor tersebut adalah 10 * 105 =
1.000.000 Ohm atau 1 MOhm dengan toleransi 10%.
2) Dioda
Spesifikasi
Dioda adalah komponen yang terbuat dari
bahan semikonduktor dan mempunyai fungsi
untuk menghantarkan arus listrik ke satu
arah tetapi menghambat arus listrik dari
arah sebaliknya. Sebuah Dioda dibuat
dengan menggabungkan dua bahan
semi-konduktor tipe-P dan semi-konduktor
tipe-N. Ketika dua bahan ini digabungkan,
terbentuk lapisan kecil lain di antaranya
yang disebut depletion layer. Ini karena
lapisan tipe-P memiliki hole berlebih dan
lapisan tipe-N memiliki elektron berlebih
dan keduanya mencoba berdifusi satu sama
lain membentuk penghambat resistansi
tinggi antara kedua bahan seperti pada
gambar di bawah ini. Lapisan penyumbatan
ini disebut depletion layer.
Ketika tegangan positif diterapkan ke
Anoda dan tegangan negatif diterapkan ke
Katoda, dioda dikatakan dalam kondisi bias
maju. Selama keadaan ini tegangan positif
akan memompa lebih banyak hole ke daerah
tipe-P dan tegangan negatif akan memompa
lebih banyak elektron ke daerah tipe-N
yang menyebabkan depletion layer hilang
sehingga arus mengalir dari Anoda ke
Katoda. Tegangan minimum yang diperlukan
untuk membuat dioda bias maju disebut
forward breakdown voltage.
Jika tegangan negatif diterapkan ke anoda
dan tegangan positif diterapkan ke katoda,
dioda dikatakan dalam kondisi bias
terbalik. Selama keadaan ini tegangan
negatif akan memompa lebih banyak elektron
ke material tipe-P dan material tipe-N
akan mendapatkan lebih banyak hole dari
tegangan positif yang membuat depletion
layer lebih besar dan dengan demikian
tidak memungkinkan arus mengalir
melaluinya. Kondisi ini hanya terjadi pada
dioda yang ideal, kenyataannya arus yang
kecil tetap dapat mengalir pada bias
terbalik dioda.
Dioda dapat dibagi menjadi beberapa
jenis:
1. Dioda Penyearah (Dioda Biasa atau
Dioda Bridge) yang berfungsi sebagai
penyearah arus AC ke arus DC.
2. Dioda Zener yang berfungsi sebagai
pengaman rangkaian dan juga sebagai
penstabil tegangan.
3. Dioda LED yang berfungsi sebagai lampu
Indikator ataupun lampu penerangan.
4. Dioda Photo yang berfungsi sebagai
sensor cahaya.
5. Dioda Schottky yang berfungsi sebagai
Pengendali.
Untuk menentukan arus zenner
berlaku persamaan:
Keterangan:
Pada grafik terlihat bahwa pada tegangan
dibawah ambang batas tegangan mundur
(reverse) sebuah dioda akan tembus
(menghantar) dan tidak bisa menahan lagi.
Batas ini disebut dengan area tegangan
breakdown dioda. Kondisi dioda pada area
ini adalah tembus atau menghantar dan
tidak menghambat. Kemudian pada level
tegangan diantara tegangan breakdown dan
tegangan forward terdapat area tegangan
reverse dan tegangan cut off. Pada area
ini kondisi dioda adalah menahan atau
tidak mengalirkan arus listrik.
Transistor adalah sebuah komponen di dalam
elektronika yang diciptakan dari bahan-bahan
semikonduktor dan memiliki tiga buah kaki.
Masing-masing kaki disebut sebagai basis,
kolektor, dan emitor.
1. Emitor (E) memiliki fungsi untuk
menghasilkan elektron atau muatan
negatif.
2. Kolektor (C) berperan sebagai saluran
bagi muatan negatif untuk keluar dari
dalam transistor.
3. Basis (B) berguna untuk mengatur arah
gerak muatan negatif yang keluar dari
transistor melalui kolektor.
Berfungsi sebagai penguat, sebagai sirkuit
pemutus dan penyambung arus (switching),
stabilisasi tegangan, dan modulasi
sinyal. Selain itu, transistor biasanya juga dapat
digunakan sebagai saklar dalam rangkaian
elektronika. Jika ada arus yang cukup besar
di kaki basis, transistor akan mencapai
titik jenuh. Pada titik jenuh ini transistor
mengalirkan arus secara maksimum dari
kolektor ke emitor sehingga transistor
seolah-olah short pada hubungan
kolektor-emitor. Jika arus base sangat kecil
maka kolektor dan emitor bagaikan saklar
yang terbuka. Pada kondisi ini transistor
dalam keadaan cut off sehingga tidak ada
arus dari kolektor ke emitor.
Rumus-rumus transistor:
Spesifikasi :
-
Bi-Polar Transistor
-
DC Current Gain (hFE) is 800 maximum
-
Continuous Collector current (IC) is 100mA
-
Emitter Base Voltage (VBE) is >
0.6V
-
Base Current(IB) is 5mA maximum
Konfigurasi Transistor
Konfigurasi Common Base adalah
konfigurasi yang kaki Basis-nya
di-ground-kan dan digunakan bersama untuk
INPUT maupun OUTPUT. Pada
Konfigurasi Common Base, sinyal INPUT
dimasukan ke Emitor dan sinyal
OUTPUT-nya diambil dari Kolektor,
sedangkan kaki Basis-nya di-ground-kan.
Oleh karena itu, Common Base juga sering
disebut dengan istilah “Grounded Base”.
Konfigurasi Common Base ini menghasilkan
Penguatan Tegangan antara sinyal INPUT dan
sinyal OUTPUT namun tidak menghasilkan
penguatan pada arus.
Konfigurasi Common Collector (CC) atau
Kolektor Bersama memiliki sifat dan fungsi
yang berlawan dengan Common Base (Basis
Bersama). Kalau pada Common Base
menghasilkan penguatan Tegangan tanpa
memperkuat Arus, maka Common Collector ini
memiliki fungsi yang dapat menghasilkan
Penguatan Arus namun tidak
menghasilkan penguatan Tegangan. Pada
Konfigurasi Common Collector, Input
diumpankan ke Basis Transistor sedangkan
Outputnya diperoleh dari Emitor Transistor
sedangkan Kolektor-nya di-ground-kan dan
digunakan bersama untuk INPUT maupun
OUTPUT. Konfigurasi Kolektor bersama
(Common Collector) ini sering disebut juga
dengan Pengikut Emitor (Emitter Follower)
karena tegangan sinyal Output pada Emitor
hampir sama dengan tegangan Input
Basis.
Konfigurasi Common Emitter (CE) atau
Emitor Bersama merupakan Konfigurasi
Transistor yang paling sering digunakan,
terutama pada penguat yang membutuhkan
penguatan Tegangan dan Arus secara
bersamaan. Hal ini dikarenakan Konfigurasi
Transistor dengan Common Emitter ini
menghasilkan penguatan Tegangan dan Arus
antara sinyal Input dan sinyal Output.
Common Emitter adalah konfigurasi
Transistor dimana kaki Emitor Transistor
di-ground-kan dan dipergunakan bersama
untuk INPUT dan OUTPUT. Pada Konfigurasi
Common Emitter ini, sinyal INPUT dimasukan
ke Basis dan sinyal OUTPUT-nya diperoleh
dari kaki Kolektor.
4) Op Amp - LM741
Op-Amp adalah salah satu dari bentuk IC
Linear yang berfungsi sebagai Penguat Sinyal
listrik. Sebuah Op-Amp terdiri dari beberapa
Transistor, Dioda, Resistor dan Kapasitor yang
terinterkoneksi dan terintegrasi sehingga
memungkinkannya untuk menghasilkan Gain
(penguatan) yang tinggi pada rentang frekuensi
yang luas. Dalam bahasa Indonesia, Op-Amp atau
Operational Amplifier sering disebut juga
dengan Penguat Operasional.
Karakteristik penguat ideal adalah:
-
Gain sangat besar (AOL >>). Penguatan
open loop adalah sangat besar karena
feedback-nya tidak ada atau RF = tak
terhingga, serta pada rentang frekuensi yang luas.
-
Impedansi input sangat besar (Zi >>).
Impedansi input adalah sangat besar sehingga
arus input ke rangkaian dalam op-amp sangat
kecil sehingga tegangan input sepenuhnya dapat
dikuatkan.
-
Impedansi output sangat kecil (Zo
<<).
Konfigurasi PIN LM741:
Spesifikasi:
Respons karakteristik kurva I-O:
5) Sensor Touch
Merupakan sensor yang mendeteksi sentuhan. Sensor Sentuh ini pada dasarnya beroperasi sebagai
sakelar apabila disentuh, seperti sakelar pada lampu,
layar sentuh ponsel dan lain sebagainya. Sensor Sentuh
ini dikenal juga sebagai Sensor Taktil.
Dapat dilihat bahwa pada grafik di atas saat sentuhan
terdeteksi maka signal touch akan muncul.
6) Sensor Sound
Sensor Suara adalah sensor yang memiliki cara kerja
merubah besaran suara menjadi besaran listrik.
Pada dasarnya prinsip kerja pada alat ini
hampir mirip dengan cara kerja sensor sentuh
pada perangkat seperti telepon genggam,
laptop, dan notebook. Sensor ini bekerja
berdasarkan besar kecilnya kekuatan gelombang
suara yang mengenai membran sensor yang
menyebabkan bergeraknya membran sensor yang
memiliki kumparan kecil dibalik membran
tersebut naik dan turun. Kecepatan gerak
kumparan tersebut menentukan kuat lemahnya
gelombang listrik yang dihasilkannya.
Pin OUT
Spesifikasi
-
Working voltage: DC 3.3-5V
-
Dimensions: 45 x 17 x 9 mm
-
Signal output indication
-
Single channel signal output
-
With the retaining bolt hole,
convenient installation
-
Outputs low level and the signal
light when there is sound
Grafik Respons Sensor Sound
7) Sensor Ultraviolet (APDS – 9002)
Sensor yang mendeteksi adanya cahaya terang
dan gelap.
Pinout
Spesifikasi
Grafik Respon Sensor
8) Sensor Piezzo
Mendeteksi Adanya perubahan tekanan dan
percepatan.
9) Sensor Kelembaban
Sensor yang dapat mengukur dua parameter
lingkungan sekaligus, yakni suhu dan kelembaban
udara (humidity). Dalam sensor ini terdapat
sebuah thermistor tipe NTC (Negative Temperature
Coefficient) untuk mengukur suhu, sebuah sensor
kelembaban tipe resisitif dan sebuah
mikrokontroller 8-bit yang mengolah kedua sensor
tersebut dan mengirim hasilnya ke pin output
dengan format single-wire bi-directional (kabel
tunggal dua arah).
Grafik Respons Sensor
Transistor adalah sebuah komponen di dalam
elektronika yang diciptakan dari bahan-bahan
semikonduktor dan memiliki tiga buah kaki.
Masing-masing kaki disebut sebagai basis,
kolektor, dan emitor.
1. Emitor (E) memiliki fungsi untuk menghasilkan elektron atau muatan negatif.
2. Kolektor (C) berperan sebagai saluran bagi muatan negatif untuk keluar dari dalam transistor.
Berfungsi sebagai penguat, sebagai sirkuit pemutus dan penyambung arus (switching), stabilisasi tegangan, dan modulasi sinyal. Selain itu, transistor biasanya juga dapat digunakan sebagai saklar dalam rangkaian elektronika. Jika ada arus yang cukup besar di kaki basis, transistor akan mencapai titik jenuh. Pada titik jenuh ini transistor mengalirkan arus secara maksimum dari kolektor ke emitor sehingga transistor seolah-olah short pada hubungan kolektor-emitor. Jika arus base sangat kecil maka kolektor dan emitor bagaikan saklar yang terbuka. Pada kondisi ini transistor dalam keadaan cut off sehingga tidak ada arus dari kolektor ke emitor.
-
Bi-Polar Transistor
- DC Current Gain (hFE) is 800 maximum
-
Continuous Collector current (IC) is 100mA
- Emitter Base Voltage (VBE) is > 0.6V
- Base Current(IB) is 5mA maximum
Op-Amp adalah salah satu dari bentuk IC Linear yang berfungsi sebagai Penguat Sinyal listrik. Sebuah Op-Amp terdiri dari beberapa Transistor, Dioda, Resistor dan Kapasitor yang terinterkoneksi dan terintegrasi sehingga memungkinkannya untuk menghasilkan Gain (penguatan) yang tinggi pada rentang frekuensi yang luas. Dalam bahasa Indonesia, Op-Amp atau Operational Amplifier sering disebut juga dengan Penguat Operasional.
Karakteristik penguat ideal adalah:
- Gain sangat besar (AOL >>). Penguatan open loop adalah sangat besar karena feedback-nya tidak ada atau RF = tak terhingga, serta pada rentang frekuensi yang luas.
- Impedansi input sangat besar (Zi >>). Impedansi input adalah sangat besar sehingga arus input ke rangkaian dalam op-amp sangat kecil sehingga tegangan input sepenuhnya dapat dikuatkan.
- Impedansi output sangat kecil (Zo <<).
Konfigurasi PIN LM741:
Spesifikasi:
Respons karakteristik kurva I-O:
Merupakan sensor yang mendeteksi sentuhan. Sensor Sentuh ini pada dasarnya beroperasi sebagai sakelar apabila disentuh, seperti sakelar pada lampu, layar sentuh ponsel dan lain sebagainya. Sensor Sentuh ini dikenal juga sebagai Sensor Taktil.
Sensor Suara adalah sensor yang memiliki cara kerja merubah besaran suara menjadi besaran listrik. Pada dasarnya prinsip kerja pada alat ini hampir mirip dengan cara kerja sensor sentuh pada perangkat seperti telepon genggam, laptop, dan notebook. Sensor ini bekerja berdasarkan besar kecilnya kekuatan gelombang suara yang mengenai membran sensor yang menyebabkan bergeraknya membran sensor yang memiliki kumparan kecil dibalik membran tersebut naik dan turun. Kecepatan gerak kumparan tersebut menentukan kuat lemahnya gelombang listrik yang dihasilkannya.
- Working voltage: DC 3.3-5V
- Dimensions: 45 x 17 x 9 mm
- Signal output indication
- Single channel signal output
- With the retaining bolt hole, convenient installation
- Outputs low level and the signal light when there is sound
7) Sensor Ultraviolet (APDS – 9002)
Sensor yang mendeteksi adanya cahaya terang
dan gelap.
4. Percobaan[kembali]
A) Prosedur Percobaan
- Untuk membuat rangkaian ini, pertama, siapkan semua alat dan bahan yang bersangkutan, di ambil dari library proteus
- Letakkan semua alat dan bahan sesuai dengan posisi dimana alat dan bahan terletak.
- Tepatkan posisi letak nya dengan gambar rangkaian
- Selanjutnya, hubungkan semua alat dan bahan menjadi suatu rangkaian yang utuh
- Lalu mencoba menjalankan rangkaian , jika tidak terjadi error, maka motor akan bergerak yang berarti rangkaian pada grden otomatis bekerja
Prinsip Kerja
Secara Umum :
1. Rangkaian Kontrol Rollet.
Terdiri atas 3 sensor, taitu sensor suara, touch dan UV. Sensor suara untuk menggerakkan motor dengan membuka Rollet ke atas, sensor touch untuk menggerakkan motor dengan menutup rollet ke bawah. Serta sensor UV untuk membatasi keaktifan kedua sensor lainnya. Saat sensor UV mendeteksi cahaya yang cukup pada pagi hari, maka rangkaian yang aktif hanya rangkaian sensor sound saja. Saat Sensor UV tidak mendeteksi cahaya lagi pada malam hari, maka rangkaian yang aktif hanya pada rangkaian sensor touch.
Secara Detail :
1. Rangkaian Kontrol Rollet.
Sensor Sound mendeteksi suara yang kencang sehingga
tegangan yang terdeteksi mencapai nilai +5V. Tegangan akan
diumpankan ke kaki non inverting Op Amp. Disini digunakan
Rangkaian Buffer. Rumus tegangan outputnya adalah Vo = Vi
Jadi di dapatkan Vo = +5V.
Disini nilai tegangan outputnya adalah +5V yang lalu
diumpankan ke resistor 14 dan diumpankan ke kaki base
transistor.
Disini terdeteksi Vbe sebesar +0.77V sehingga transistor
on karena Vbe telah melebihi +0.6V.
Akibat dari transistor on adalah, arus dari power +5V akan
mengalir ke relay dan terus ke kaki kolektor dan menuju
kaki emitor lalu ke ground. Sehingga Switch berpindah.
Namun, sensor ini harus bekerja bersamaan dengan sensor
UV, dimana saat sensor UV mendeteksi pencahayaan yang terang sehingga tegangan
yang terdeteksi mencapai nilai +0.07V. Tegangan akan
diumpankan ke kaki non inverting Op Amp. Disini
digunakan Detektor Non Inverting. Rumus tegangan
outputnya adalah (V1-V2) * Aol. Dimana V1 adalah
tegangan di kaki non inverting dan V2 adalah tegangan di
kaki inverting. Jadi di dapatkan (0.07 - 0.06) * 200.000
= 2000 dimana hasilnya bernilai + dan nilai tegangan
output akan mendekati nilai Vsat+.
Disini nilai tegangan outputnya adalah +3.95V yang lalu
diumpankan ke Resistor 10 dan diumpankan ke kaki base
transistor.
Vbe yang terdeteksi sebesar +0.78V sehingga transistor on
karena Vbe telah melebihi +0.6V.
Akibat dari transistor on adalah, arus dari power +5V akan
mengalir ke relay dan terus ke kaki kolektor dan menuju
kaki emitor lalu ke ground.
Maka nantinya switch akan berpindah sehingga terbentuk
loop arus baterai pada rangkaian pembuka rollet. Sehingga
motor yang berfungsi untuk membuka rollet ke atas
akan on.
Selanjutnya, Sensor Touch mendeteksi sentuhan sehingga
tegangan yang terdeteksi mencapai nilai +5V. Tegangan akan
diumpankan ke kaki non inverting Op Amp. Disini digunakan
Rangkaian Buffer. Rumus tegangan outputnya adalah Vo = Vi
Jadi di dapatkan Vo = +5V.
Disini nilai tegangan outputnya adalah +5V yang lalu
diumpankan ke resistor 14 dan diumpankan ke kaki base
transistor.
Disini terdeteksi Vbe sebesar +0.80V sehingga transistor
on karena Vbe telah melebihi +0.6V.
Akibat dari transistor on adalah, arus dari power +5V akan
mengalir ke relay dan terus ke kaki kolektor dan menuju
kaki emitor lalu ke ground.
Akibat dari relay telah dialiri arus, maka switch akan
berpindah.
Namun, sensor ini juga harus bekerja bersamaan dengan sensor UV, dimana saat sensor UV tidak mendeteksi cahaya atau tegangan yang dihasilkan < +0.7V maka tegangan di kaki non inverting lebih kecil dari kaki inverting, sehingga nilai outputnya akan mendekati tegangan Vsat- yaitu sebesar -4.02V dan transistor tidak akan on sehingga switch pada relay berada di kanan. Sehingga terbentuk loop arus baterai pada rangkaian penutup rollet. Sehingga Maka motor yang berfungsi untuk menutup rollet ke bawah akan on.
Prinsip Kerja
Secara Umum :
2. Rangkaian Kontrol Gorden.
Terdiri atas 1 sensor yaitu sensor UV. Saat sensor UV mendeteksi cahaya yang cukup pada pagi hari, maka motor yang berguna menggerakkan gorden terbuka akan on. Saat Sensor UV tidak mendeteksi cahaya lagi pada malam hari, maka lampu hidup menerangi ruangan dan motor yang berguna untuk menutup gorden tertutup akan on.
Secara Detail :
2. Rangkaian Kontrol Gorden.
Sensor Ultraviolet mendeteksi pencahayaan yang terang
sehingga tegangan yang terdeteksi mencapai nilai +0.07V.
Tegangan akan diumpankan ke kaki non inverting Op Amp.
Disini digunakan Detektor Non Inverting. Rumus Vout =
(V1-V2) x Aol. Dimana V1 adalah tegangan di kaki non
inverting dan V2 adalah tegangan di kaki inverting. Jadi
di dapatkan (0.07 - 0.06) * 200.000 = 2000 dimana hasilnya
bernilai + dan nilai tegangan output akan mendekati nilai
Vsat+.
Disini nilai tegangan outputnya adalah +3.95V yang lalu
diumpankan ke Resistor 10 dan diumpankan ke kaki base
transistor.
Vbe yang terdeteksi sebesar +0.78V sehingga transistor on
karena Vbe telah melebihi +0.6V.
Akibat dari transistor on adalah, arus dari power +5V akan
mengalir ke relay dan terus ke kaki kolektor dan menuju
kaki emitor lalu ke ground.
Akibat dari relay telah dialiri arus, maka switch akan
berpindah. Maka motor yang berfungsi untuk membuka gorden
akan hidup dan gorden terbuka.
Sebaliknya jika sensor tidak mendeteksi cahaya atau tegangan yang dihasilkan < +0.7V maka tegangan di kaki non inverting lebih kecil dari kaki inverting, sehingga nilai outputnya akan mendekati tegangan Vsat- yaitu sebesar -4.02V dan transistor tidak akan on sehingga switch pada relay tidak berpindah dan motor untuk menutup gorden berjalan.
Prinsip Kerja
Secara Umum :
3. Rangkaian Kontrol Jendela.
Terdiri atas 2 sensor, yaitu kelembaban dan sensor piezzo.
Sensor kelembaban akan bekerja pada nilai batasan 55 dimana
jika nilai kelembaban >55 maka motor yang berguna untuk
membuka jendela akan on. Jika kelembaban <55 maka motor
yang berguna untuk menutup jendela akan on.
Sensor Piezzo disini akan mengontrol kerja sensor kelembaban, dimana jika kelembaban >55 dan jendela terbuka, namun terdeteksi angin kencang di luar ruangan sehingga memberikan tekanan yang cukup bagi sensor piezzo untuk aktif, maka jendela yang sebelumnya terbuka akan dipaksa untuk menutup.
Secara Detail :
3. Rangkaian Kontrol Jendela.
Sensor Kelembaban mendeteksi kelembaban udara di dalam
ruangan. Jika kelembaban >55 maka tegangan yang
terdeteksi mencapai nilai +2.51V. Tegangan akan diumpankan
ke kaki non inverting Op Amp. Disini digunakan Detektor Non
Inverting. Rumus Vout = (V1-V2) x Aol. Dimana V1 adalah
tegangan di kaki non inverting dan V2 adalah tegangan di
kaki inverting. Jadi di dapatkan (2.53-2.50)*200.000 = 6000
dimana hasilnya bernilai + dan nilai tegangan output akan
mendekati nilai Vsat+.
Disini nilai tegangan outputnya adalah +3.99V yang lalu
diumpankan ke resistor 21 dan diumpankan ke kaki base
transistor.
Disini terdeteksi Vbe sebesar +0.75V sehingga transistor on
karena Vbe telah melebihi +0.6V.
Akibat dari transistor on adalah, arus dari power +5V akan
mengalir ke relay dan terus ke kaki kolektor dan menuju kaki
emitor lalu ke ground.
Akibat dari relay telah dialiri arus, maka switch akan
berpindah. Maka motor yang berfungsi untuk membuka jendela
akan hidup dan jendela terbuka.
Sebaliknya jika sensor mendeteksi kelembaban <55 maka
tegangan yang dihasilkan +2.47V. Maka tegangan di kaki non
inverting lebih kecil dari kaki inverting, sehingga nilai
outputnya akan mendekati tegangan Vsat- yaitu sebesar -4.01V
dan transistor tidak akan on sehingga switch pada relay
tidak berpindah dan motor untuk menutup jendela
berjalan.
Kemudian untuk rangkaian Sensor Piezzo akan digunakan dalam
mendeteksi perubahan tekanan diakibatkan perubahan kecepatan
angin di luar ruangan. Saat tegangan yang terdeteksi
mencapai nilai +3.82V. Tegangan akan diumpankan ke kaki non
inverting Op Amp. Disini digunakan Detektor Non-Inverting.
Rumus Vout = (V1-V2) x Aol. Dimana V1 adalah tegangan di
kaki non inverting dan V2 adalah tegangan di kaki inverting.
Jadi di dapatkan 3.82-2.50 = +1.32V dikali 200.000 = 2640
dimana hasilnya bernilai + dan nilai tegangan output akan
mendekati nilai Vsat+.
Disini nilai tegangan outputnya adalah +3.99V yang lalu
diumpankan ke resistor 17 dan diumpankan ke kaki base
transistor.
Disini terdeteksi Vbe sebesar +0.71V sehingga transistor on
karena Vbe telah melebihi +0.6V.
Akibat dari transistor on adalah, arus dari power +5V akan
mengalir ke relay dan terus ke kaki kolektor dan menuju kaki
emitor lalu ke ground.
Akibat dari relay telah dialiri arus, maka switch akan berpindah. Akibatnya jendela yang sedang terbuka akan dipaksa menutup dengan memutus rangkaian loop pembuka jendelanya dan mengalirkan arus dari baterai 5 ke motor penutup jendela serta LED. Sehingga motor on, jendela tertutup, dan lampu ruangan hidup.
C) Vidio
Tidak ada komentar:
Posting Komentar